Mungkin kita akan mati dalam kesepian, bila
keinginan sepenuhnya telah menjelma kekalahan,
detik-detik tinggal menunggu penghancuran,
namun tak ada yang harus kita biarkan,
karena hidup akan menuntut keberanian.
Kita bisa mengutuk dan mencaci
segala kekacauan, tapi itu bukanlah
penyelesaian, seluruh kehampaan
yang kita benci: mungkin tak lain
pantulan dari diri kita sendiri.
Kau dan aku, sewajarnya, akan berjalan
antara cemas dan harapan, dan kita
musti memilih antara melawan atau bertahan.
Begitulah mulanya — begitu pula akhirnya:
seluruh kepedihan berputar bukan
di luar diri dan tanggung jawab kita.
Karena seperti hujan yang tercurah musti
menerima mendungnya — begitupun kepedihan
yang berputar dalam diri kita. Jadi, tak ada
yang harus kita salahkan, sebab kenyataan
tak musti selurus garis kepastian.
Jadi, tak ada lagi yang musti kita sembunyikan,
kehidupan akan jadi lebih bermakna, bila
kita telah mampu menerima kenyataan
dengan hati dan pikiran terbuka.
Mungkin kita akan mati dalam kesepian,
ah!, mungkin kita musti mati dalam kesepian,
tapi hidup tak musti berpasrah dengan pilihan,
karena setiap pilihan adalah jalan
untuk menguji nyali dan keberanian.
1 comment:
Post a Comment