Kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu
Pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai
di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman
bahkan saling nasehatpun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api
Kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
Pada amal shalih yang menjulang bercabang-cabang
Pada akhlak yang manis , lembut dan wangi
Hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
Yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya
Iman agaknya bukan bongkah batu karang yang tegak kokoh
Dia hidup bagai cabang menjulang dan dedaun rimbun
Selalu tumbuh dan menuntut akarnya menggali kian dalam
Juga merindukan cahaya mentari, embun, dan udara pagi
Jika kau merasa besar,periksa hatimu
Mungkin ia sedang bengkak
Jika kau merasa suci, periksa jiwamu
Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani
Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu
Mungkin ia sedang melayang kehilangan pijakan
Jika kau merasa wangi, periksa ikhlasmu
Mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus di bakar riya’
"Jika engkau merasa bahwa segala yang disekitarmu gelap dan pekat,
Tidakkah kau curiga bahwa engkaulah
Yang dikirimkan Allah untuk menjadi cahaya bagi mereka?
Berhentilah mengeluh kan kegelapan itu,
Sebab sinarmu yang sedang mereka nantikan ,maka berkilaulah”
Malam berlalu,tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung rindu kepada mereka
Yang wajahnya mengingatkanku akan syurga
Wahai fajar terbitlah segera, agar sempat kukatakan pada mereka
“Aku mencintai kalian karena Allah” (Umar Ra)
Sumber: Salah satu buku favorit saya, yaitu buku dari Ust. Salim A.Fillah yang berjudul "Dalam Dekapan Ukhuwah"
No comments:
Post a Comment